ASAM LAMBUNG/ GERD (Gastroesophageal reflux disease)
Tepatnya tahun 2007 saya terkena asam lambung, sampai kepada perasaan ketakutan kekurangan O2 dan sesak nafas, setelah diperiksa ternyata detak jantung dan paru2 dalam keadaan baik-baik saja, belakangan di tahun 2013/2014 saya baru tahu bahwa penyakir aslam ini nama kedokterannya adalah Gastroesophageal Reflux Disease atau lebih dikenal dengan sebutan (GERD). Asam lambung yang naik ke kerongkongan melalui sendawa karena katup lambung yang longgar.
Kunci dari penyakit asam lambung ini adalah tidak melakukan kegiatan yang terlalu, seperti makan makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, terlalu panas, makan terlalu malam, mengurangi makanan berlemak, mengatur asupan makanan yang mengandung gas tinggi (kopi, chocklat, sayur sawi, kol, kangkung, alpuket, buah mangga, dll), menghindari stress karena stress mengakibatkan energi yang seharusnya digunakan untuk metabolisme makanan yang masuk dialihkan untuk mengurai stress yang terjadi, sehingga makanan dalam lambung tidak terolah dengan sempurna dan menyebabkan gas (asam lambung naik ke kerongkongan). Asam lambung sendiri harus dihindari karena sifatnya yang korosif, sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada jaringan yang dilaluinya.
Asam lambung yang naik menyebabkan rasa nyeri di ulu hati, rasa terbakar di dada sampai kerongkongan, perut terasa penuh, mual, banyak bersendawa dan apabila sudah parah buang-buang air besar (mencret). Pengobatan yang saya lakukan saat ini selain menghindari hal-hal yang saya sebutkan di atas adalah dengan prepare obat-obatan dan kalau diperlukan mengkonsumsi obat penghambat reseptor H2 dan penghambat pompa proton. Suatu kali pernah saya mengikuti group di medsos, mengikuti group ini membuat saya tahu bahwa faktor tekanan untuk orang-orang terkena GERD/ Asam lambung cukup tinggi, dilihat dari reaktifnya tanggapan terhadap komentar dalam group ini :-)
Berikut informasi yang saya dapatkan terkait keluhan asam lambung. GERD :
Gastroesophageal reflux disease (GERD) atau bila diterjemahkan secara harafiah disebut sebagai penyakit lambung karena refluks asam lambung adalah masalah kesehatan umum yang menyebabkan perasaan terbakar di dada (dikenal istilah heartburn) dan regurgitasi asam lambung dari perut.
Jika kita makan, maka untuk mencerna makanan yang kita makan, perut kita akan diisi dengan asam lambung. Selama asam lambung itu tetap di perut dan melakukan tugasnya, tidak ada masalah. Tapi, ketika asam ini naik ke kerongkongan, kita akan mengalami gejala-gejala sakit maag. Apalagi jika asam ini termuntahkan ke kerongkongan, kita mungkin mengalami rasa terbakar di tenggorokan dan rasa yang sangat tidak menyenangkan di mulut kita.
Apa penyebab GERD?
Kerongkongan adalah laksana saluran tabung otot yang menghubungkan mulut ke perut. Lower esophageal sphincter (LES) adalah sebuah cincin otot yang menutup "pintu" lambung dari kerongkongan ketika kita tidak makan. Ketika kita makan, otot ini akan mengendur untuk memungkinkan makanan masuk dari kerongkongan ke perut. LES kemudian menutup lagi sehingga makanan di perut tidak akan kembali ke kerongkongan. Pada kondisi GERD, LES tidak berfungsi dengan baik untuk mencegah naiknya asam lambung.
Kecemasan dan depresi tingkatkan risiko GERD
Menurut penelitian yang telah dilakukan, baik kecemasan dan depresi berhubungan dengan risiko dua sampai empat kali lipat dari penyakit GERD. Beberapa peneliti percaya bahwa bahan kimia otak yang disebut cholecystokinin (CCK), yang telah dikaitkan dengan panik dan gangguan pencernaan, mungkin memainkan peran dalam timbulnya GERD pada orang dengan gangguan kecemasan. Faktor lain yang memungkinkan dan berkontribusi adalah ketika orang cemas mereka cenderung memicu atau memperburuk refluks asam lambung ke kerongkongan.
Apa yang bisa dilakukan ?
Pendekatan konsep biopsikososial pada kondisi medis umum adalah yang terbaik. Ini berarti bahwa pasien GERD selain perlu ditangani masalah fisik medis yang terkait dengan refluks asam lambung juga perlu mendapatkan penanganan kondisi cemasnya yang sering berkaitan dengan gangguan cemas panik dan depresi. MenurutDr.Andri, SpKJ, sering menemukan ketika kondisi cemas paniknya teratasi dengan baik, maka keluhan lambungnya bisa jauh berkurang bahkan baik sama sekali.
Tata laksana yang tepat dan menyeluruh perlu dilakukan mengingat jika tidak diobati, refluks asam lambung dapat menyebabkan peradangan lapisan esofagus yang akan mengakibatkan kesulitan menelan, nyeri dada kronis, dan bahkan dapat menyebabkan kanker kerongkongan.
Seperti diungkapkan di atas bahwa cemas dan depresi bisa memperberat penyakit GERD sampai beberapa kali lipat, maka ada baiknya penanganan pasien dengan gangguan GERD yang juga mengalami kondisi kecemasan tinggi baik akibat latar belakang psikologisnya ataupun karena memikirkan penyakitnya perlu ditangani kondisi kesehatan jiwanya. Hal ini diupayakan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam penyembuhan kasus-kasus penyakit GERD. Semoga informasi ini bermanfaat.
Menurut Montreal Definition, GERD adalah kondisi adanya aliran balik dari isi lambung ke kerongkongan yang menyebabkan gejala mengganggu hingga terjadi komplikasi. Faktor genetika dan kegemukan dilaporkan bisa menjadi penyebab penyakit ini. Asal muasal GERD berasal dari sejumlah faktor, termasuk tekanan yang tidak normal pada katup yang menghubungkan antara saluran kerongkongan dan lambung, hiatal hernia, dan kontraksi esofagus yang tidak efektif. Pada kebanyakan orang dengan refluk, gejala tersebut umumnya akibat terjadinya kontak antara selaput lendir saluran kerongkongan dengan asam lambung dan pepsin.
Beberapa tanda awal GERD: usia lebih dari 40 tahun, berat badan turun, pucat tanpa sebab, muntah darah atau buang air besar hitam, sulit menelan, nyeri saat menelan, serta memiliki riwayat keluarga dengan kanker kerongkongan atau lambung. Dari proses ini GERD kemudian menimbulkan gejala. Antara lain: heartburn atau rasa seperti terbakar di bagian belakang tulang dada; biasanya dialami seseorang berulang kali secara rutin, misalnya dua kali seminggu Gejala lain: regurgitasi atau naiknya aliran asam ke rongga mulut, sulit menelan, sendawa, batuk kronis terutama di malam hari, radang tenggorokan, serta nyeri ulu hati dan nyeri dada
Gejala GERD biasanya sangat samar dan umum, karena itu, pasien sering menyamakan pengobatan untuk kasus yang dialaminya dengan obat bebas yang ada di pasaran. Padahal, GERD penyakit kronik yang bisa mengarah kepada komplikasi. Antara lain: penyempitan kerongkongan, pendarahan kerongkongan dan kondisi yang disebut Barrett’s Esophagus atau terjadi pembentukan jaringan pada dinding kerongkongan seperti ditemukan dalam usus. Jika ini terjadi, perjalanan penyakit tersebut berhubungan dengan kanker kerongkongan.
Komentar
Posting Komentar