KEPUTUSAN PINDAH





Alhamdulillah proses pembelajaran Harsha sdh hampir selesai, walaupun tidak pas 12 bulan akibat Pandemi COVID 19. Proses Learning From Home (LFH) selama Pandemi ini memotong waktu ketidaknyamanan Harsha boarding selama hampir 3 bulan, jadi kalau dihitung-hitung Harsha hanya bersekolah di SMP NFBS kurang lebih 9 bulan. Anaknya udah pasti excited sampai mengajukan proposal untuk melakukan home schooling sampai kelas 9 nanti, kami sebagai orang tua antara ragu apa bisa anak ini mendapatkan pembelajaran seharusnya dan ikut senang juga karena anaknya happy.

Terkait ketidaknyamanan Harsha di sekolah boardingnya saya tidak habis fikir, banyak cara yang saya lakukan agar anak itu enjoy dan happy, tetapi anaknya sendiri sudah bersikap pasrah, menarik diri, kurang bersemangat, dan datar saja. Target anak ini di sekolah boardingnya  hanya nilai minimal saja, apalagi target hafalannya. Hobby nya berenang sama sekali hilang padahal sekolah menyediakan kolam renang olimpic. Selama hampir 9 bulan Harsha disana hanya 2x saja berenang. Untuk pertemanan pun begitu dia memilih pasif, daripada bersosialisasi dengan temannya dia lebih memilih tidur siang kalau ada waktu luang. Persoalan bully an di awal sekolah sudah tidak mengganggunya lagi, tapi hal tersebut ikut menambah kurang excited nya Harsha selama boarding. Kesimpulan terparah pandangannya dia selama boarding adalah tidak menyenangkan.

Pertimbangan lain keputusan pindah ini selain perasaan si anak, adalah Pandemi COVID 19, saat New Normal spt ini perlu pengaturan anak bersekolah, kuantitas anak dalam kelas hanya diperbolehkan sebanyak 50% saja, sementara untuk anak2 yang boarding pengaturan okupansi itu akan sangat sulit, karena malam hari di Asrama mereka akan ketemu secara lengkap, ngga mungkin kan anak-anak dibikin tidur gantian hehehe. Selain itu kebiasaan cuci tangan, jaga jarak, ganti baju setelah keluar asrama juga memerlukan pembiasaan kepada anak2 yang masih belum dewasa, sehingga perlu pengawasan yang extra dari sekolah dan Wali Asrama. Di sisi lain sekolah juga perlu penyediaan fasilitas tambahan yang pasti tidak sedikit antara lain wastafel, pengukur suhu, ruang disinfektan, sabun cuci tangan, dan penyemprotan disinfectan secara berkala di sekolah dengan jumlah 1000 siswa lebih, dan luas 10 hektar lebih, sekolah pasti mikir2 dulu untuk penyediaan ini, ujung2nya pastinya akan dibebankan kepada orang tua juga untuk pengeluarannya, hicks.

Orang tua ini sudah jatuh tertimpa tangga, Alhamdulillah kami dapat discount bayaran sekolah dan catering sebanyak 20% x Rp. 3.500.000,- = Rp. 700.000,- walaupun untuk mendapatkan discount ini orang tua perlu menyampaikan alasan terkena dampak ekonomi akibat Covid 19 hehehe, masalahnya pengeluaran di rumah meningkat baik untuk belanja groceries, listrik, paket data dan kuota WIFI untuk menemani anak2 LFH. Alasan sekolah tidak memberikan discount adalah sekolah mengeluarkan biaya untuk pengeluaran yang telah terbentuk an. Gaji karyawan, makan karyawan, perawatan sekolah dan rencana sekolah menyumbang APD dan Sembako kepada warga sekitar sebagai partisipasi pandemic Covid 19. Padahal di saat pandemic ini tidak sedikit orang tua yang bekerja mendapatkan pemotongan gaji dan tunjangan karena kami bekerja dari rumah dan bisnis tidak berjalan lancar, hicks..#jadi mengasihani diri sendiri..hehehe

Pertimbangan ketiga adalah daerah Serang, Cilegon dan Anyer sangat dekat dengan Gunung Anak Krakatau yang saat ini sedang bergejolak, informasi yang kami dapatkan memang di daerah sekolah boarding anak kami tersebut sering terdengar suara letupan, api yang memancar ke udara dan gempa local akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau. Hal tersebut sedikit banyak cukup membuat kami khawatir, sampai saya dan Abi-nya memikirkan bagaimana cara meng evakuasi Harsha apabila Gunung Anak Krakatau Meletus dalam kekuatan yang besar, Naudzubillah tsumma naudzubillah, jangan sampai kami mengalami.

Akhir bulan Mei kemarin kami memutuskan mencari sekolah pengganti untuk Harsha di lokasi yang mendekati rumah, dengan harapan semangat dan motivasi anak kami dapat timbul kembali, dan mudah2an dengan upaya pindah ini dapat menghilangkan kekhawatiran kami akan penyebaran Covid 19 dan Gejala aktivitas Gunung Anak Krakatau. Sudah beberapa sekolah kami hubungi beberapa menyatakan penuh, an. SMP Annisaa, SMP Mutiara Harapan, SMPN 14. Ada empat sekolah lagi yang sedang kami jajaki yaitu SMP Sinar Cendikia, SMP Amalina, SMP Baitul Maal, SMP Amelia. Sebenarnya kami berharap agar Harsha bisa pindah ke SMPN 14 karena lokasi nya yang sangat dekat dengan rumah, tetapi sepertinya kelas sudah penuh dan sekolah baru akan mengabari apabila ada anak kelas 7 yang tidak naik kelas, aduhhh jangan sampai saya mengharapkan ada yg ngga naik kelas ini.

Selama belum dapat sekolah kami masih tetap harus membayar SPP Rp. 2.800.000,- dan anak2 tetap LFH. Oiaa ada satu lagi yang kami rasakan selama bersilaturahmi dengan para oraangtua murid di sekolah boarding anak kami tersebut, maaf menurut kami hubungan kekeluargaan di sekolah tersebut kurang terjalin (ada beberapa drama komunikasi kami di WA group), hal ini sangat berbeda dengan hubungan kekeluargaan di sekolah anak2 kami sebelumnya, yang sangat hangat dan saling mendukung, tapi kan hal tersebut tidak dapat dipaksakan yaa, akhirnya saya cuma ngebatin aja, hehe. Kesimpulannya baik anak, maupun kami sebagai orang tua, alam dan lingkungan di sekolah boarding tersebut sepertinya tidak saling mendukung, untuk itu kami memutuskan akan memproses kepindahan Harsha, semoga Allah meridhoi, sehingga Harsha bisa dapat sekolah pengganti, Aamiin Yaa Allah Yaa Robbalálamiin.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer